Kamis, 31 Mei 2012

Sejarah Accupunto

Pada tahun 2002 ketika adik Leo akan menikah, Leonard Theosabrata yang kerap disapa Leo pulang ke Indonesia. Setelah sampai di Indonesia, dia langsung mendirikan usahanya sendiri, PT Accupunto. PT Accupunto memproduksi kursi akupuntur yang diproduksi di Cengkareng, Jakarta Barat. Kursi ini terinspirasi dari sandal kesehatan yang memiliki tonjolan-tonjolan. Kursi ini bertujuan untuk menunjang kesehatan dan memperbaiki posisi tubuh yang salah saat duduk. Menurut Sales Marketing Accupunto, Tresia kursi itu terlihat keras dan kaku, tetapi pada kenyataannya sangat nyaman diduduki. Kursi Accupunto dapat menerima bobot sampai 150 kg dan mengikuti postur tubuh. Kursi Accupunto terbuat dari bahan plastik Polyetilin yang dirajut oleh tangan manusia dengan lateks. Kursi Accupunto juga tahan lama karena kursi itu tidak dapat berkarat sehingga dapat ditempatkan di mana saja, di luar maupun di dalam ruangan. Accupunto ini juga aman karena tidak memakai bantuan listrik. Harganya berkisar dari Rp 1,5 juta sampai Rp 7 juta.
Leonard didampingi ayahnya Yos S. Theosabrata sebagai senior product designer dan Michael Young, seorang product designer yang telah berkarya selama 15 tahun di dunia internasional bekerjasama mendirikan dan mengembangkan PT Accupunto.
Leonard Theosabrata sedikit memiliki hak lebih sebagai pemilik perusahaan. Apa saja yang dibutuhkan seorang Leo untuk dapat memajukan Accupunto? Leo sebagai global manajemen dapat menunjang perkembangan Accupunto dari tahun yang lampau, sekarang, dan masa depan atau malah mungkin menjatuhkan Accupunto itu sendiri. Tetapi Leo sudah memiliki kriteria sebagai entrepreneur yang sukses.
Leo seorang yang mau bekerja keras, tidak pantang menyerah (self-nurturing). Hal itu tebukti dengan  dibuatnya jalur distribusi sendiri karena jalur distribusi yang ada mempersulit dirinya dalam menyebarkan produknya ke pasar.
Dia tidak hanya talk only, tetapi action-oriented dan highly energetic. Leo selalu dengan optimis mengambil keputusan dan tindakan cepat ketika mengetahui AS tengah menghadapi krisis. Leo langsung mendirikan basis produksi dengan biaya produksi yang jauh lebih murah, disamping banyak orang-orang pintar, yang mau kerja keras dan bisa low paid sehingga AS berhasil menjadi basis produksi pertama Accupunto. Leo selalu berinisiatif (self-directed) mengambil bagian secara aktif dalam pameran-pameran di kancah Internasional untuk memperkenalkan Accupunto di mancanegara. Setelah Accupunto terkenaldi negara Eropa dan Amerika, Leo memulai untuk masuk ke negaranya sendiri, Indonesia.
Leo seorang wirausaha yang tidak mau bekerja untuk orang lain. Baginya, memulai bisnis sendiri jauh lebih berharga. Karakter itu menunjukan bahwa dirinya percaya akan apa yang ada pada dirinya sendiri dan berusaha mengeksplor secara habis-habisan untuk dapat sukses di masa depan oleh karena dirinya sendiri. Sehingga dia lebih memutuskan untuk membuat bisnisnya sendiri.
Sifatnya yang sederhana dan tidak basa-basi terlihat dari produk yang dihasilkannya itu yang unik, modern, minimalis dan membuatnya bertahan di pasar Internasional sampai saat ini. Dimana Accupunto juga berkomitmen untuk menyediakan produk kualitas terbaik kepada dunia internasional. Sebagai global manajemen, Leo juga menekankan pada ‘gerakan hijau’. Leo bukan seorang manajemen yang secara gamblang hanya mencari profit maksimum saja. Leo merasa bahwa dirinya juga bertanggung jawab atas berbagai hal yang mempengaruhi kelangsungan bisnisnya. Keberhasilan bisnisnya tidak boleh terjadi atas penyalahgunaan alam.
Seorang entrepreneur harus terbuka terhadap dunia bisnis. Dan itulah yang dimiliki Leo. Leo mengakui bahwa untuk menjadi merek global, Accupunto harus kehilangan sedikit citra Indonesia, tetapi bukan berarti tidak Indonesia lagi. Hal itu kembali menegaskan bahwa dirinyalah yang membuat Accupunto lebih dikenal oleh negara luar dibandingkan negara Indonesia sendiri.
Perkembangan bisnis Accupunto yang dirintis oleh Leonard Theosabrata itu berawal dari berbagai kesulitan. Kesulitan dan tantangan yang datang silih berganti berubah menjadi fondasi yang kuat, yang tak terkalahkan bagi Accupunto saat ini yang tengah mengalami puncak kejayaannya. Accupunto mengalami tantangan dalam jalur distribusi, strategi bisnis untuk ekspansi produk, produk itu sendiri, persaingan yang ketat di global bisnis, dan respon dari masyarakat global itu sendiri.
Awalnya Accupunto sebagai merek produk baru agak sulit diterima masyarakat global. Di era globalisasi, masyarakat semakin kritis terhadap produk-produk pasar. Masyarakat tidak mudah untuk beralih ke brand lain yang belum dikenal dan belum terkenal, disamping mereka memiliki produk unggulan mereka masing-masing. Hal itu membuat brand Accupunto ini kesulitan untuk masuk ke jalur distribusi yang sudah ada. Di negara Indonesia sendiri sebagai negara kelahiran Leonard Theosabrata memang memiliki ‘aturan’ sendiri dimana produk yang ingin dipasarkan dalam negeri harus memiliki pengakuan dari negara luar dahulu. Dengan situasi itu, Leo tidak putus harapan. Leo kemudian membuat jalur distribusi sendiri. Sebenarnya, ‘aturan’ itu merugikan bagi Indonesia sendiri. Karena hal itu berarti negara luar (khususnya negara-negara Eropa) lebih mudah menerima perkembangan dunia dan karya-karya baru dan segar. Hal itu juga berarti negara kita sendiri membatasi dan menghambat kreatifitas dan karya anak bangsa serta menghambat pertumbuhan negara Indonesia untuk dapat sampai ke kancah Internasional.
Di tengah ketatnya persaingan di pasar global, Accupunto berusaha untuk terus melakukan ekspansi dengan berbagai macam strategi bisnisnya. Tetapi ekspansi yang dilakukan tidak selamanya berjalan mulus. Ada batu-batu yang menghalangi jalan yang ditempuh Accupunto.
Pada mulanya, Accupunto menjalankan strategi penjualannya melalui ekspor. Pengiriman produk (via pelayaran dan logistik) tidak didistribusikan secara benar. Dalam merepresentasikan produk juga berjalan tidak baik, karena produk Accupunto berada pada posisi belakang dari produk lainnya. Hal itu menjadi masalah bagi brand Accupunto.
Oleh karena itu, Accupunto memutuskan untuk wholesale ketika menjual ke negara tujuan, bukan secara Free On Board lagi. Pola FOB berarti produsen yang harus membayar biaya pengiriman produk untuk sampai ke tangan konsumen. Hal itu berarti, Accupunto hanya memiliki 10-15% keuntungan dari penjualan. Hal itu secara otomatis akan menghambat proses ekspansi Accupunto. Ekspansi Accupunto tidak akan terhambat bila produsen menetapkan price jauh melebihi cost (dalam hal ini Accupunto tidak melakukan itu karena tujuan Accupunto melakukan ekspansi adalah untuk memperluas market share, bukan untuk taking high profit). Sehingga Accupunto hanya mengatasinya dengan mengubah strategi bisnisnya dengan wholesale, menjual langsung ke konsumen tanpa perantara dalam partai besar sehingga menghemat biaya pengiriman barang seperti yang sebelumnya. Harga wholesale yang ditawarkan kepada konsumen jauh lebih murah dan produk akan dikirimkan dalam waktu satu hari sesudah pemesanan. Hal itu lebih memudahkan konsumen untuk membeli produk Accupunto, sehingga tidak ada alasan apapun yang membuat konsumen untuk tidak membeli produk Accupunto. 
Ekspansi bisnis Accupunto membuat Leo harus terus mempelajari perilaku konsumen dari berbagai negara. Salah satunya negara yang dia amati adalah China. Negara China adalah negara gudangnya barang murah. Leo mensiasati hal itu dengan tetap memberikan harga yang premium kepada konsumen di China. Barang murah sudah menjadi ‘biasa’ di China, maka barang yang harganya premium lebih laku terjual. Hal itu terbukti dengan penjualan produk Accupunto yang cepat di China. Sehingga kota Shanghai menjadi basis regional Accupunto di China disamping negara lainnya seperti Indonesia, AS. Thailand adalah negara berikutnya.
Dalam ekspansi yang menjangkau konsumen pada jalur yang tidak tradisional, Accupunto memfasilitasi transaksi secara e-commerce, transaksi pemesanan, pembelian dan penjualan yang dilakukan melalui internet. Melalui jalur tradisional, konsumen diberikan banyak kemudahan. Konsumen dapat pergi ke agen-agen (yang menjadi ‘perpanjangan tangan’ dari Accupunto), showroom/ruang pajang (yang memajang produk dan dapat dilakukan pemesanan pembelian), dan subsidiary sister company/anak perusahaan (yang menjual produk yang sama dengan perusahaan induk. Saat ini baru ada di Prancis (www.accupunto.fr), sebagai basis produksi di kawasan Eropa.
Dalam mengembangkan jejaring bisnisnya, Accupunto menetapkan beberapa kebjakan. Kebijakan untuk menjual produk furniture lainnya di dalam showroom-nya. Sebelumnya hal itu menjadi perdebatan tersendiri dari kalangan perusahaan. Tetapi menurut Leo, itu hal yang harus dilakukan guna menekan biaya operasional perusahaan. Tetapi perusahaan lain yang ingin bergabung harus membayar biaya keanggotaan trading house itu, dan sebagai kompensasinya perusahaan furniture lainnya akan mendapatkan layanan pemasaran, pencitraan dan standarisasi kualitas. Perusahaan perdagangan itu bersifat umum, sehingga dipastikan produk-produknya tidak saling bersaing.
Accupunto juga menurunkan harga untuk meraih pangsa pasar yang jauh lebih luas sebagai pricing objective-nya. Strategi ini dilakukan bukan karena mau menjual murah, tetapi untuk menarik pelanggan baru yang sebelumnya tidak mampu membeli produk Accupunto. Hal itu akan meningkatkan pangsa pasar Accupunto.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar